Senin, 26 April 2010

MENGUKUR KARAKTER & KEPRIBADIAN SESEORANG

Mengenali Psikotes / Psikometri



Hari ini pak Sabar begitu gusar mendengar laporan General Managernya. Salah seorang manager yang memperoleh penghargaan sebagai ‘the best manager’ tahun lalu, kedapatan telah memanipulasi data keuangan perusahaan bahkan memakai uang tersebut untuk kepentingan pribadi dengan jumlah yang tidak sedikit. Barangkali gaji plus insentif yang diperolehnya sepuluh tahun ke depan belum cukup melunasi semua itu. Tak ada yang mengira jika gadis manis yang tampaknya lugu itu sebenarnya tipe mania, yang begitu mudah jatuh dalam permasalahan keuangan, karena selama ini dia tergolong pekerja keras, selalu taat pada perintah atasan dan tak pernah protes saat diminta over-time untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor. Sungguh sangat berbeda dengan rata-rata para pekerja lainnya.

Rupanya kecerdasan, kerajinan dan rasa percaya diri saja bukanlah sebuah garansi untuk sebuah kinerja yang baik, apalah artinya jika seseorang cerdas tetapi kurang jujur dan manipulatif. Kelihatannya rajin dan tunduk pada atasan, padahal hati dan otaknya penuh dengan strategi untuk menjatuhkan pimpinan dan mencari keuntungan diri sendiri. Kita perlu melihat semua modalitas pekerja secara obyektif, tentu saja dengan memperhitungkan berbagai kekuatan dan kelemahannya, sehingga pimpinan tidak terkecoh dengan performance seseorang. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menilai karakter serta kepribadian seseorang, sehingga dibutuhkan suatu alat test yang memadai dan memiliki akurasi cukup tinggi.

Angka kekerasan dan perilaku negatif di masyarakat kita cenderung meningkat hari-hari ini. Perkelahian antar kelompok yang sering dikaitkan dengan suku tertentu saja di Indonesia, ternyata terjadi juga di antara mereka yang kelihatannya penuh sopan-santun, hanya karena suatu permasalahan yang sepele, demikian juga di kalangan pelajar dan mahasiswa. Kasus-kasus KDRT, kekerasan fisik dan seksual juga makin banyak dilaporkan. Penculikan, perkosaan dan penghilangan hak-hak anak oleh orang dewasa bahkan merupakan trauma tersendiri bagi para orang-tua beberapa bulan terakhir. Padahal jauh-jauh hari sebelum ini kita sedang sibuk memikirkan bagaimana mencegah tindak kekerasan pada anak-anak yang dilakukan baik oleh orang dewasa (termasuk orang-tua dan keluarga), maupun oleh anak-anak yang usianya sedikit lebih besar. Berita mengenai bunuh diri dan usaha / percobaan bunuh diri yang dilakukan tidak saja oleh orang dewasa, tetapi juga oleh para remaja masih terus menghiasi media cetak dan elektronik kita. Semua itu terjadi saat pikiran mereka begitu buntu, sementara komunikasi dalam keluarga dan lingkungan sosialnya juga sama tersumbatnya.

Perilaku agresif yang dilakukan seseorang terhadap sesamanya dan terhadap dirinya sendiri sesungguhnya sama saja. Mereka membunuh dirinya karena ‘tidak berani’ melawan orang lain yang membuatnya marah dan kesal, mereka hanya berani membunuh dirinya dan meninggalkan rasa bersalah yang besar (kadang-kadang rasa bersalah ini menetap seumur hidup) pada orang-orang yang dianggapnya layak bertanggung-jawab untuk semua permasalahan hidupnya.

Di lingkungan pekerjaan pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan area yang penting dalam suatu perusahaan. Ironisnya rangking Indonesia berada di ‘Top Ten Worst’ dalam segi mutu dan peran SDM. Hal ini disebabkan karena proses yang diperhatikan / ditekankan dalam perusahaan masih berkisar pada recruitment dan administrasi saja, sementara peran SDM sebagai partner bisnis belum berkembang. Bisa dibayangkan jika suatu saat SDM bukan lagi menjadi aset yang menguntungkan bagi perusahaan, tetapi justru membebani perusahaan. Yang sangat memprihatinkan sekolah yang ada saat ini belum cukup memadai untuk mempersiapkan SDM yang handal, tetapi terus dipakai sebagai kandidat calon pekerja, bahkan sampai jenjang universitas.

Kisah gadis manis dengan tipe mania di atas adalah salah satu contoh karakter seseorang yang bisa terdeteksi melalui skrining kepribadian MMPI (Minnesota Mulitphasic Personality Inventory). Program skrining ini sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan penting di lingkungan perusahaan, sekolah, serta area spesifik publik lainnya seperti :

 Skrining kondisi mental dan kesehatan jiwa seseorang mulai usia 12 tahun.
 Seleksi penerimaan pelajar dan mahasiswa, test penjurusan di SLTA (kelas X dan XII) ataupun mahasiswa di fakultas/tempat pendidikan favorit (misalnya Fakultas Kedokteran, Psikologi, Akademi Kepolisian dan Hankam).
 Seleksi penerimaan karyawan, promosi jabatan dan pemilihan tempat tugas (re-placement).
 Test seleksi untuk pejabat publik (termasuk anggota KPU, Calon legislatif – eksekutif – yudikatif)
 Diagnostik kasus-kasus hukum / forensik yang sulit (termasuk pembuktian kejahatan yang melibatkan korban, tersangka dan para saksi), dll.

Test yang dipakai di sini adalah MMPI-2, MMPI-A dan MMPI-RF versi HKH-Advanced, dikombinasi dengan Test Rossach yang telah sangat familiar dipergunakan di berbagai institusi pemerintah dan swasta di Jakarta, Bandung dan Surabaya, termasuk seleksi para pejabat publik kita. Test ini akan menghitung Psychological Quotient (PQ) seseorang, yang merupakan Overall Psychological Function seseorang (penggabungan antara kecerdasan memori, emosional dan spiritual; PQ = IQ + EQ + SQ). Melalui program ini akan terdeteksi berbagai skala kinerja seseorang, tanggung jawab, disiplin, kemandirian, kecerdasan sosial dan moral, harmonisasi dalam rumah, hubungan interpersonal, kecenderungan melakukan tindakan berisiko, penggunaan obat-obatan, keluhan fisik dan mental seseorang, serta berbagai prediksi gangguan yang kemungkinan akan timbul di kemudian hari apabila seseorang menghadapi permasalahan kehidupan, seperti stres pekerjaan, keluarga, financial, dan sebagainya.

Untuk akurasi hasil test, pada beberapa kasus spesifik dilakukan interview / wawancara terstruktur. Interpretasi untuk sekelompok peserta akan dibuatkan rangking dari tertinggi sampai terendah sehingga akan sangat membantu dan memudahkan para pemimpin / pengambil keputusan untuk memilih yang terbaik.


Dr. Lely Setyawati, SpKJ(K).
Psikiater Konsultan Forensik
FK. UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar